Logo

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAIN TENUN IKAT SINTANG

Lisyawati Nurcahyani
Submitted
Jan 11, 2017
Published
Jul 24, 2018
PDF (BAHASA INDONESIA)
Citation
Nurcahyani, L. (2018). STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAIN TENUN IKAT SINTANG. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 3(1), 56–72. https://doi.org/10.24832/jpnk.v3i1.530
Abstract

enun ikat Sintang is one of the traditional products whose existence is threatened with extinction. The purpose of this study explains how Sintang community’s strategies and local governments respond to these threats through policy and cooperation in the development of weaving products. This study used library method and field observations. Interviews were conducted with artisans, private organizations (NGO) and local governments. The results of this study were variety of efforts such as the development of human resources artisans, provision of raw materials, product diversification, the provision of the means of production and marketing. In order for this strategy to work well it needed the intervention of authorities and institution such as non-governmental organizations such and the local government. Despite efforts towards the developmen had been done, the problems still remain especially in the supply of raw materials on natural resources in the forest as well as marketing as the effect of high production costs that make the Ikat weaving more expensive.

 Abstrak

Tenun Ikat Sintang merupakan salah satu produk tradisional yang keberadaannya terancam punah. Tujuan penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi masyarakat Sintang dan pemerintah daerah merespon ancaman ini melalui kebijakan dan kerja sama dalam pengembangan produk tenun ikat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara dan pengamatan di lapangan serta didukung dengan studi kepustakaan. Subyek penelitian adalah para perajin, lembaga swadaya masyarakat, dan Pemerintah Daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan berjalan dengan baik dan diperlukan keterlibatan pihak lain seperti yayasan dan Pemerintah Daerah. Walaupun pengembangan telah dilakukan, masih ada hambatan yang belum terselesaikan terutama dalam penyediaan bahan baku dari tumbuh-tumbuhan alam yang ada di hutan dan dalam bidang pemasaran yang disebabkan tingginya biaya produksi sehingga membuat harga tenun ikat menjadi mahal.

 

 

 

Statistics

Downloads

Download data is not yet available.
Read Counter : 5930
Downloads : 3369
References
Armayadi, D. (2011). Pengembangan hutan desa di Ensaid Panjang Sintang Kalimantan Barat. Pontianak: Yayasan PRCF.

Christyawaty, E. (2011). Kontinuitas pola pewarisan seni menenun songket di Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar. Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Patanjala, 3(2), 210–226.

Dolorosa, E., Yusra, A.H.A., & Arisma, F. (2013). Kajian strategi pemasaran kerajinan tenun ikat Dayak di Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang. Jurnal Iprekas-Ilmu Pengetahuan dan Rekayasa, Januari, 43-52.

Fariani. (2013). Motif dan makna kain adat Kerawang Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Penelitian Sejarah & Nilai Tradisional Suwa, 17, 1181–198.

Huda, I (Ed.). (2008). Pewarnaan tenun ikat dengan menggunakan bahan pewarna alami. Pontianak: Yayasan PRCF.

Hendraswati. (2015). Etos kerja pedagang perempuan pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Martapura. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 1(1), 97–115.

Intani, R. (2010). Tenun Gedogan Dermayon. Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Patanjala BPSNT Bandung, 2(1), 35–47.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kalimantan Barat. (2014). Peluang dan tantangan perlindungan dan pengembangan hak kekayaan intelektual (HKI). Makalah: Disajikan pada FGD penelitian dan pengembangan Propinsi Kalimantan Barat tanggal 5 November 2014 di kantor penelitian dan pengembangan Propinsi Kalimantan Barat.

Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Kalimantan Barat. (2017).

Maessen, J., Sagita, N., & Fifianti. (2004). Research into Dayak oral traditional and history on ikats design. Sintang: Program kerja sama ford foundation, Yayasan Kobus, PRCF, Koperasi JMM (tidak diterbitkan).

Marjanto, D.K. (2010). Pengembangan strategi industri budaya kerajinan batu alam di Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Patrawidya, 11(1), 1–46.

Nurcahyani, L. (2012). Inventarisasi tenun ikat tradisional sintang. Laporan penelitian belum Diterbitkan. BPNB Kalbar.

Panggabean, R. (2007). Tenun tradisional nusantara. Makalah: Disajikan pada pembekalan penulisan tenun. Jakarta: Direktorat Tradisi dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

PRCF (People Resource and Conservation Foundation). (2011). Profil hutan desa di Desa Ensaid Panjang. Pontianak: PRCF

Purwaningsih, E. (2013). Batik Banyuwangi motif dan pengembangannya. Jurnal Sejarah dan Budaya Patrawidya, 14(4), 717–774.

Purnama, Y. (2013). Fungsi dan simbol batik khas Lampung. Jurnal Penelitian Sejarah danBudaya Patanjala, 5(3), 505-519.

Purnama, Y. 2014. Studi Kepercayaan Masyarakat Jatigede. Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Patanjala, 6 (2), 239–252.

Purna, I.M. (2016). Kearifan lokal masyarakat desa Mbawa dalam mewujudkan toleransi beragama. Jurnal Pendidikan & Kebudayaan, 1(2), 261–277.

Republik Indonesia. (2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Sadilah, E. (2011). Strategi pemanfaatan kesempatan kerja pada masyarakat di obyek wisata Candi Borobudur. Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Patrawidya, 12 (1), 187-218.

Satriadi, Y.P. (2014). Sistem teknologi pembuatan tapis inuh di kota Bandar Lampung. Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya Patanjala, 6(1), 113-114.

Setiawan, I. (2010). Batik garut: Studi tentang sistem produksi dan pemasaran. Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya Patanjala, 2(3), 431-432.

Soemarwoto, O. (1991). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Djambatan.

Sumerta, I.M. (2011). Kain tenun tradisional Bali. Jurnal Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Bali, 18 (2), 283-302.

Wening, S., Khayati, E. Z., Suprihatini, S.E.Y. (2013). Pengembangan produk dan strategi pemasaran busana batik bantulan dengan stilasi motif etno modern. Jurnal Humaniora UGM Yogyakarta, 18(1), 74-75.