Logo

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah

Kresna Duta: Akar-Akar Kekerasan dalam Pertunjukan Wayang

Mikka Wildha Nurrochsyam
Submitted
Aug 30, 2016
Published
Sep 16, 2013
PDF
Citation
Nurrochsyam, M. W. (2013). Kresna Duta: Akar-Akar Kekerasan dalam Pertunjukan Wayang. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19(3), 397–406. https://doi.org/10.24832/jpnk.v19i3.299
Abstract

Violence occurred in everyday life, not knowing the limits of space, age, and social status. Violence can be done either individually or in groups. Violence can occur because of law or political legitimacy, and even violence can take the form of symbolic both structurally and culturally. This study aims to: 1) describe the forms of violence in the story of Kresna Duta that was held by Ki Nartosabdo, and 2) look for the roots of violence committed by the main characters in this story. This study uses a hermeneutic method,  the method of interpretation to uncover the roots of violence in the story of Kresna Duta. Results of research show that there are three roots of violence in this story, namely: the desire for power; desire to be fair, and the desire to moral duty. Furthermore, a solution to overcome the violence exemplified by the attitude of Kresna, through communicative action with dialogue and democratic attitude in the face of conflict.

 

ABSTRAK

 

Kekerasan terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tidak mengenal batas ruang, usia, dan status sosial. Kekerasan dapat dilakukan, baik individu maupun kelompok. Kekerasan dapat terjadi karena legitimasi hukum atau politik; bahkan kekerasan dapat mengambil bentuk simbolis, baik secara struktural maupun kultural. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan bentuk-bentuk kekerasan dalam kisah Kresna Duta yang digelar oleh Ki Nartosabdo dan 2) mencari akar-akar kekerasan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh utama dalam kisah ini. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutik, yaitu metode penafsiran sehingga terungkap akar-akar kekerasan dalam kisah Kresna Duta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga akar kekerasan dalam kisah ini, yaitu: hasrat untuk berkuasa; hasrat untuk bersikap adil; dan hasrat untuk membalas budi. Selanjutnya, solusi untuk mengatasi kekerasan dicontohkan oleh sikap Kresna yaitu, melalui tindakan komunikatif dengan dialog dan sikap demokratis dalam menghadapi konflik.

Statistics

Downloads

Download data is not yet available.
Read Counter : 578
Downloads : 1148
References
Anderson, Benedict R. O’G. 2009. Mythology and The Tolerance of The Javanese. Singapore: Equinox Publishing (Asia) Ltd.
Bastami, Suwaji. 2003. Kekerasan dalam Pewayangan, Semarang: Seminar IAIN Walisongo.
Dini, NH. Jatayu. Diakses dari http://cip.cornell.edu/DPubS?service=Repository&version=1.0&verb=Disseminate&view=body&contenttype=pdf_1&handle=seap.indo/1107105573#, diunduh tanggal 22 September 2013.
Fromm, Erich. 2008. Akar Kekerasan, Analisis Sosio-Psikologis atas Watak Manusia, terjemahan: The Anatomy of Human Destructiveness. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Groenendael, Victoria M. Clara van. 1987. Dalang di Balik Layar. Jakarta: Pustaka Grafiti Utama.
Girard, Rene. 2000. The Girard Reader. New York: The Crossroad Publishing Company.
Hardiman, F Budi. 2007. Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Hardiman, F Budi. 2003. Melampaui Positivisme dan Modernitas, Diskursus Filosofis tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Maurizio Passerin d’Enteves. 1994. The Political Philosophy of Hannah Arendt. Diterjemahkan oleh M. Sawan dengan judul Filsafat Politik Hannah Arendt. Yogyakarta: CV Qalam.
Muhammad, Gunawan. 2001. Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001. Jakarta:Metafor Publishing.
Mulyono, Sri. 1975. Wayang, asal-usul, filsafat & masa depannya, Jakarta: Badan Penerbit Alda.
Nurrochsyam, Mikka Wildha. 2007. Keadilan dalam Wayang. Thesis Program Studi Magister Ilmu Filsafat, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (tidak dipublikasikan).
Poerwandari, E. Kristi. 2004. Mengungkap Selubung Kekerasan, Telaah Filsafat Manusia. Bandung: Kepustakaan Eja Insani.
Sindhunata. 2006. Kambing Hitam Teori Rene Girard. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Sindhunata. 2010. Anak Bajang Menggiring Angin. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Slamet Sutrisno, Joko Siswanto, Kasidi Hadiprayitno, Mikka Wildha N, Purwadi, Iva Ariani. 2009. Filsafat Wayang. Jakarta: SENA WANGI.
Soedarsono, R.M. 1999. Metodologi Penelitian: Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, bekerja sama dengan art.line atas bantuan Ford Foundation, Bandung.
Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suseno, Franz Magnis. 1982. Kita dan Wayang. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional.
Walujo, Kanti W. 1994. Peranan Dalang dalam Menyampaikan Pesan Pembangunan: Analisa Komprehensif Peranan Wayang dalam Komunikasi Pembangunan. Jakarta: Direktorat Publikasi, Ditjen Pembinaan Pers dan Grafika, Departemen Penerangan, Republik Indonesia.
Wibisono. Agusta T. 1990. Balada Cinta Abimanyu dan Lady Sundari. Jakarta: Pustakakarya Grafikatama.
Zoetmulder, P. 1940. Bukan Falsafah Sendiri. Judul Asli: Geen Eigen Wijsbegeerte. Majalah Djawa, Java Institute Deel XII, No 6.