Logo

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah

Persoalan Pelestarian Bahasa Ciacia: Refleksi atas Etika Diskursus

Mikka Wildha Nurrochsya
Submitted
Feb 12, 2016
Published
Aug 12, 2015
PDF
Citation
Nurrochsya, M. W. (2015). Persoalan Pelestarian Bahasa Ciacia: Refleksi atas Etika Diskursus. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 21(2), 153–166. https://doi.org/10.24832/jpnk.v21i2.183
Abstract

Ciacia language is the language used by the Ciacia community in Southeast Sulawesi. In August 2009, the Mayor of Baubau, Southeast Sulawesi, enacted policy to adapt the Korean alphabet (Hangeul) into the Ciacian alphabet because the Ciacia language does not have its own script. This decision immediately caused controversy as some agreed and others disagreed. This paper has two objectives. First, it seeks to observe the diverse opinions surrounding the decision to adapt the Korean alphabet into the Ciacia alphabet. Secondly, the paper offers a reflection on the ethical discourse surrounding the adaptation of the Korean alphabet into the Ciacia alphabet. This study used case studies and took a qualitative approach. Results showed that there was not enough support given to the public to encourage practical discourse and offer a no-pressure environment. Support was neither given within the Ciacia community in Baubau nor outside Baubau to strengthen Ciacia language and culture. This study concluded that those who agree with the adaptation are likely to understand it as serving an instrumental function in furthering economic and political interests. Meanwhile, those who oppose the adaptation are more concerned with culture preservation. Proper discourse has not taken place in regards to this issue. Thus, the debate continues to be unresolved.


ABSTRAK

 

Bahasa Ciacia merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Ciacia di Sulawesi Tenggara. Walikota Baubau, Sulawesi Tenggara pada Agustus 2009 memutuskan kebijakan mengadaptasi aksara Korea (Hangeul) menjadi aksara Ciacia karena Bahasa Ciacia tidak mempunyai aksara sendiri. Keputusan ini menimbulkan reaksi baik pro maupun kontra. Tulisan ini mempunyai dua tujuan Pertama, ingin mengetahui pendapat-pendapat tentang kasus adaptasi aksara Korea menjadi aksara Ciacia. Kedua, ingin mengetahui implementasi etika diskursus untuk menyelesaikan kasus adaptasi aksara Korea menjadi aksara Ciacia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa kasus adaptasi ini kurang memberikan ruang publik untuk diskursus praktis dalam suasana saling pengertian dan bebas dari tekanan, baik dalam masyarakat Ciacia di wilayah Kota Baubau maupun masyarakat Ciacia di luar Kota Baubau sebagai pendukung bahasa dan budaya masyarakat Ciacia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pihak yang pro adaptasi lebih cenderung berorientasi pada rasionalitas instrumental yakni kepentingan ekonomis dan politis, sedangkan pihak yang kontra berorientasi pada pelestarian budaya. Dalam kasus adaptasi ini belum diterapkan etika diskursus secara memadai sehingga tetap menjadi perdebatan yang tak terselesaikan.

Statistics

Downloads

Download data is not yet available.
Read Counter : 827
Downloads : 592
References
Alirman, L. O. Juli 2010. Dialektika dan Kebijakan Keberaksaraan di Kota Baubau. Paper dipresentasikan pada Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara.
Hanna, Firman AD, dan Sandra Safitri (Editor). Sulawesi Tenggara: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional.
Baumeister, A Y. 2003. Habermas: Discourse and Cultural Diversity. Journal Political Studies, (51), hlm. 740-758.
Davis, C. 2013. Language preservation. Journal Diverse Issues in Higher Education. 30(13), 7.
Diprose, R. 2010. Dissensus, Melancholic Nationalism, And Biopolitics in The Work of Ewa Ziarek. Philosophy Today. Spep Supplement 2010: 43-50.
Elis, A. 2005. Minority Right and The Preservation of Language. Philosophy, (80), hlm. 199-217.
Habermas, J. 2007. Moral Consciousness and Communicative Action. Translate by Christian Lenhardt and Shierry Weber Nicholsen. USA: Polite Price.
Hanan, S. S. 2014. Genealogi Bahasa Ciacia. Disertasi. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Ilmu Budaya, UGM.
Hanna. 2010. Tanggapan Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap Jawaban Surat Pemerintah Kota Baubau mengenai Pemakaian Aksara Korea dalam Bahasa Ciacia. Sulawesi Tenggara: Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara.
Hardiman, B. F. 2009. Demokrasi Deliberatif, Menimbang “Negara Hukum” dan “Ruang Publik” dalam Teori Diskursus Jurgen Habermas. Publikasi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1967 tentang Agama Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina. http://www.hukumonline.com/pusatdata, diakses 30 Juli 2015.
Jenlink, P. M. 2014. Discourse Ethics in the Desain of Educational System: Consideration for Desaign Praxis. Research Paper. Publised online in Wiley Inter Science.
Jones, T. 2005. Indonesian Cultural Policy, 1950-2003, Culture, Institution, Government. The Thesis for the Degree of Doctorat pf Philosophy. Australia: Departemen of Media and Information Faculty of Media, Society, and Culture, Curtin University of Technology.
Kusumohamidjojo, B. 2009. Filsafat Kebudayaan, Proses Realisasi Manusia. Yogyakarta: Jalasutra.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42 dan 40 tahun 2009. http://www.hukumonline.com/pusatdata, diakses 3 Agustus 2015.
Peraturan Menteri dalam Negeri 39 Tahun 2007 tentang Pedoman Fasilitas Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kebudayaan, Keraton, dan Lembaga Adat dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah. https://portal.mahkamahkonstitusi.go.id. diakses 1 Agustus 2015.
Powel, B. K. 2009. Discourse Ethics dan Moral Rasionalisme. Journal Dialog-Canadian, Philosopical Association, (48), hlm. 374-386.
Serafín, C.M.M. 2008. Language Ideologies of the High Academy of the Quechua Language in Cuzco, Peru. Journal. Latin American and Caribbean Ethnic Studies, 3(3), hlm. 319–340.
Seran, A.2010. Etika Diskursus Jurgen Habermas Sumbangan bagi Pemahaman Undang-Undang Dasar 1945 dan Hubungannya dengan Pancasila. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Soe, P. 12 September 2014. Karenni Language, Alphabet to be Taught in Schools. Democratic Voice of Burma. http://e-sources.perpusnas.go.id. diakses 25 Juli 2015.
Song, W. S. 2013. Being Korean in Buton? The Cia-Cia’s Adoption of The Korean Alphabet and Identity Politics in Decentralized Indonesia. Jurnal KEMANUSIAAN, 20(1), hlm. 51–80.
Surat Edaran Kabinet Ampera No. 6 tahun 1967, https://id.wikisource.org/wiki/Surat_Edaran_Presidium_Kabinet_Ampera_Nomor_06_Tahun_1967, diakses 1 Agustus 2015.
Tamin, A. Juli 2010. Dialektika dan Kebijakan Keberaksaraan di Kota Baubau. Paper dipresentasikan pada Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara.
Hanna, Firman AD, dan Sandra Safitri (Editor). Sulawesi Tenggara: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional.
Yonhap News Agency. 26 Juli 2010. ejkim@yna.co.kr. Indonesia OKs Minority Tribe’s use of Korean Alphabet. http://english.yonhapnews.co.kr/ diakses 15 September 2014.