Logo

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah

Perahu dalam Pamali Orang Bajo: Tinjauan Semiotika Sosial Halliday

Uniawati --
Submitted
Apr 20, 2015
Published
Dec 18, 2014
PDF (BAHASA INDONESIA)
Citation
--, U. (2014). Perahu dalam Pamali Orang Bajo: Tinjauan Semiotika Sosial Halliday. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20(4), 568–578. https://doi.org/10.24832/jpnk.v20i4.166
Abstract

This research describes the meaning of taboos (pamali) related to boats which answer their main problem in order to understand the cultural values of the Bajo and use them for the young generation. In understanding the condition of the sea in order to safely sail the ocean and be superior. Qualitative method and Halliday theory about social semiotics were applied. Data to analyse were verbal taboos related to boats and were obtained from tier interviews with public figures including informal leaders as informants . The analysis showed that taboos of the Bajo were signs of meaningful symbols. It is the concluded that the meaning of these taboos were based on a semiotic viewpoint which describe the fishing tradition and socio-cultural conditions of the Bajo as sailors who dominate the sea. The desire to maintain the sense of superiority over the sea encouraged these people to preserve Bajo taboos in the hope of their next generation will follow the footsteps of the predecessor.


ABSTRAK

 

Tulisan ini mengkaji makna yang terkandung dalam pamali orang Bajo yang berhubungan dengan perahu untuk memahami nilai-nilai budaya orang Bajo dan mendayagunakannya untuk generasi muda dalam memahami kondisi laut sehingga dapat mengarungi lautan dengan selamat dan unggul. Untuk mengkaji digunakan metode kualitatif dengan memanfaatkan teori semiotika sosial Halliday. Data yang dianalisis adalah data lisan berupa pamali yang berhubungan dengan perahu yang diperoleh melalui wawancara secara berjenjang terhadap tokoh-tokoh informal yang berstatus sebagai informan, termasuk tokoh masyarakat. Hasil analisis menunjukkan bahwa pamali orang Bajo merupakan suatu tanda simbol yang bermakna. Disimpulkan bahwa makna pamali tersebut berdasarkan sudut pandang semiotik menggambarkan tradisi melaut dan kondisi sosial-budaya orang Bajo sebagai pelaut yang merajai lautan. Keinginan untuk mempertahankan rasa superioritas terhadap laut mendorong orang Bajo untuk tetap melestarikan pamali dengan harapan generasi mereka dapat mengikuti jejak pendahulunya.

Statistics

Downloads

Download data is not yet available.
Read Counter : 1238
Downloads : 1314
References
Ardiansyah, I. 2011. Bahasa sebagai Semiotika Sosial. http://carnyhjrlt.blogspot.com. Diakses 24 Agustus 2011. Pukul 10.12 wita.
Balawa, L.O. 2010. Kajian Aspek Didaktis dalam Budaya Masyarakat Berbahasa Ciacia di Kabupaten Buton. Kandai, 6(2). Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara.
Christomy, T & Yuwono U. 2004. Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Indonesia
Halliday, M.A.K. & Ruqaiya. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hoed, B. H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta: Komunitas Bambu.
Musayyedah. 2007. Makna Filosofis Ungkapan Pammali dalam bahasa Bugis. Bunga Rampai Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra. Makassar: Balai Bahasa Ujung Pandang.
Ratna, N. K. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (Cetakan II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suyuti, H. N. 2011. Orang Bajo di Tengah Perubahan. Yogyakarta: Ombak.
Uniawati. 2011. Mitos dan Aktivitas Melaut Masyarakat Bajo di Buton. Metasastra, 4(1).
Uniawati. 2012. Takhayul Seputar Kehamilan dan Kelahiran dalam Pandangan Orang Labuan Bajo: Tinjauan Antropologi Sastra. Patanjala, 4 (1).
Zacot, F.R. 2008. Orang Bajo Suku Pengembara Laut. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).