Logo

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah

MANDALA KADEWAGURUAN: TEMPAT PENDIDIKAN KEAGAMAAN DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU ABAD XIV – XV MASEHI

Heri Purwanto
Coleta Palupi Titasari
Submitted
Feb 26, 2020
Published
Jun 12, 2020
PDF
Citation
Purwanto, H., & Titasari, C. P. (2020). MANDALA KADEWAGURUAN: TEMPAT PENDIDIKAN KEAGAMAAN DI LERENG BARAT GUNUNG LAWU ABAD XIV – XV MASEHI. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 5(1), 13–42. https://doi.org/10.24832/jpnk.v5i1.1505
Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bukti-bukti yang dapat dijadikan sebagai penanda bangunan suci yang digunakan untuk tempat pendidikan agama (mandala kadewaguruan) dan menjelaskan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan langkah-langkah penelitian yang berupa observasi langsung ke situs penelitian, lalu diikuti dengan deskripsi, dan terakhir eksplanasi yang menggunakan analisis komparatif dan kontekstual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar situs penelitian merupakan bangunan suci berstatus sebagai mandala kadewaguruan. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya syarat-syarat sebuah mandala kadewaguruan. Syarat tersebut adalah tempat yang jauh dari keramaian, memiliki ruang yang luas, ditemukan lingga-pranala, terdapat temuan gerabah yang mengindikasikan adanya aktivitas dalam waktu yang lama, ditemukan berbagai tingggalan arkeologi yang berkaitan dengan keagamaan, dan terekam dalam prasasti. Aktivitas yang dilakukan nampaknya begitu kompleks yakni belajar-mengajar, bertapa, upacara agama, menulis sastra, dan kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan hidupan (makanan dan minuman). 


The study aimed at looking for the evidences that can be used as a mark of the sacred building used for the religious education (mandala kadewaguruan) and to explain the various activities that were done by the community supporters. To achieve these goals, this study used measure of research in the form of direct observation to the site, followed by describing the obesevation, and lastly the explanation using contextual and comparative analysis. The result of this study showed that the site is sacred building in the form mandala kadewaguruan. This has been proven with such a criterion as being a mandala kadewaguruan. The criteria among others are quiet place that far away, have a broad space, founded a lingga pranala, the findings of pottery that indicate the presence of activities in along time, founded a variety archaeological remains related with the religious, and recorded in the inscription. Activites that were done were quite complex, such as, learning and teaching, practicing as an ascetic, religious ceremony, writing literature, as well as meeting the needs of life related to foods and drinks.

Keywords
mandala kadewaguruan rsi pendidikan agama aktivitas religious education activities
Statistics

Downloads

Download data is not yet available.
Read Counter : 2184
Downloads : 1657
References
Adnyana, I.B.K.C.W. & Sarjana, I.P. (2018). Asrama Dharma dalam Santi Parwa. Widya Wretta, 1(1), 24-38.
Agustijanto I. (2003). Candi Ceta: reposisi lingga dulu dan kini (tinjuan aspek fungsi kekinian). Jurnal WALENNAE, 6(10), 57-64.
Akbar, A. (2017). Reconstruction of an indigenous community‘s belief in dragon: research on prehistoric Batu Naga Site in Kuningan, West Java. Wacana, 18(3), 614- 640.
Anom, A.A.I. (2013). Konvensi dan nilai Kakawin Arunawijaya. Shopia Dharma, 1(1), 28-46.
Ardhana, I.K., Sulandjari, & Setiawan, I.K. (2018). The Temple of Besakih, Sukuh, Cetho: The dynamics of cultural heritage in the context of sustainable tourism development di Bali and Java. E-Journal of Cultural Studies, 11(1), 1-9.
Casparis, J.G. de. (1985). Sedikit tentang golongan–golongan di dalam masyarakat Jawa Kuno. Amerta, 1(2), 54-59.
Damanik, E.L. (2018). Menolak evasive identity: memahami dinamika etnik di Sumatera Utara. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 4(1), 9-22.
Darmoko. (2002). Ruwatan: upacara pembebasan malapetaka tinjauan sosiokultural masyarakat Jawa. Makara: Sosial Humaniora, 6(1), 30-36.
Darmosoetopo, R. (1975/1976). Peninggalan-peninggalan kebudayaan di Lereng Barat Gunung Lawu. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Dodiya, P. (2016). Omkara: imagination of othello in Indian Cinema. Elt Vibes: International EJournal for Research in Elt, 4(2), 128-134.
Irawan, S.E. & Pamungkas, Y.H. (2017). Candrasengkala Memet pada Candi Sukuh dan Candi Cetho sebagai representasi kebudayaan masa akhir Majapahit. Avatara, 5(1), 1334-1339.
Kusmayadi, Y. (2018). Pengembangan potensi wisata Situs Gandong Wanasigra untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa Wanasgira Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis. Jurnal Candrasengkala, 4(1), 31-47.
Lelono, H.T.M. (2015). Tradisi Ruwatan: bersih bumi kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Berkala Arkeologi, 35(2), 145-162.
Mariani, L. (2016). Ritus ruwatan murwakala di Surakarta. Umbara: Indonesian Journal of Anthropology, 1(1), 43-56.
Muhammad, A.N.S. (2016). Kajian arsitektur dan fungsi Candi Kendalisada di Situs Gunung Penanggungan. Avatara, 4(3), 1035-1045.
Munandar, A.A., Fahrudin, D., Sujai, A., & Rahayu, A. (2011). Bangunan suci sunca Kuna. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Munandar, A.A. (2004). Karya sastra jawa kuno yang diabadikan pada relief candi-candi abad ke 13-15 M. Makara: Sosial Humoniora, 8(2), 54-60.
Munandar, A.A. (1990). Kegiatan keagamaan di Pawitra: gunung suci di Jawa Timur abad 14-15 M. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Munandar, A.A. (1992). Bangunan suci pada masa Kerajaan Sunda: data arkeologi dan sumber tertulis. Dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi VI. Malang: IAAI.
Munandar, A.A. (2013). Istana dan kaum agamawan dalam masa majapahit. Disampaikan dalam seminar nasional dengan tema “Mengungkap Kebesaran Majapahit” pada tanggal 11 Oktober 2013 di Gedung Widya Sabha Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.
Munandar, A.A. (2014). Mitra Satata: Kajian Asia Tenggara Kuna. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Mundarjito. (2002). Pertimbangan ekologis penempatan situs masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Nastiti, T.S. (2017). Perkembangan aksara kwadrat di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali: Analisis Paleografi. Forum Arkeologi, 29(3), 175-188.
Ngurah, B.I. & Windhu, I.B.O. (1982/1983). Sutasoma: Terjemahan dari Lontar. Denpasar: Seksi Dokumentasi.
Nugraha, B.A. (2012). Prasasti-prasasti Candi Sukuh: Suatu tinjauan aksara dan bahasa. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Padmopoespita, Y. (1979). Candi Sukuh dan Kidung Sudamala. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Prasetyo, E.H. (2014). Anasir-anasir esoterisme pada Situs Candi Cetho. Avatara, 2(1), 109121.
Purwanto, H. & Titasari, C.P. (2017). Candi Planggatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah: Bangunan Suci Milik Kaum Rsi. Naditira Widya, 11(2), 97- 110.
Purwanto, H. & Titasari, C.P. (2018a). The Whorship Parwatarajadewa In Mount Lawu. Kapata Arkeologi, 14(1), 37-48.
Purwanto, H. & Titasari, C.P. (2018b). Arca di Candi Cetho: Interpretasi baru sebagai arca panji. Forum Arkeologi, 31(1), 57-74.
Purwanto, H. & Titasari, C.P. (2019). Identifikasi dan pemaknaan relief flora pada tinggalan Arkeologi di Lereng Barat Gunung Lawu. Forum Arkeologi, 32(2), 75- 94.
Purwanto, H., Titasari, C.P., & Sumerata, I.W. (2017). Candi Kethek: karakter dan latar belakang agama. Forum Arkeologi, 30 (2), 101-112.
Purwanto, H. (2017a). Candi Sukuh sebagai tempat kegiatan kaum Rsi. Berkala Arkeologi, 37(1), 69-84.
Purwanto, H. (2017c). Beberapa keistimewaan Candi Cetho di Kabupaten Karanganyar. Jurnal Candra Sengakala, 8(16), 35-45.
Purwanto, H. (2019). Identifikasi dan pemaknaan relief flora pada tinggalan arkeologi di Lereng Barat Gunung Lawu. Forum Arkeologi, 32(2), 75-94. Raffles, Th.S. (1817) The history of Java, volume 2. London: John Murray, Albemarle-Street.
Rahardjo, S. (2011). Peradaban Jawa: dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir. Jakarta: Komunitas Bambu.
Rahayu, A. (2016). Kehidupan kaum agamawan masa Majapahit akhir: Tinjaun Epigrafis. Disertasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Rahayu, N.K.I. (2020). Makna simbolik umat hindu dalam persembahyangan bulan purnama di Kecamatan Basidondo Kabupaten Tolitoli. Jurnal Bahasan dan Sastra, 5(1), 145-157.
Riana, I.K. (2009). Kakawin Desa Warnnana Uthawi Nagarakrtagama: masa keemasan Majapahit. Jakarta: Gramedia.
Riyanto, S. (2016). Tondowongso: tanda peradaban wangsa di Jawa abad XI-XIII Masehi. Yogyakarta: Kepel Press.
Santiko, H. (2012a). Candi Panataran: candi kerajaan masa Majapahit. Kalpataru, 21(1), 20-29.
Santiko, H. (2012b). Agama dan pendidikan agama pada masa Majapahit. Amerta 30(2), 123-133.
Santiko, H. (2017). Bhima dan Toya Pawitra dalam cerita “Dewa Ruci”. Amerta, 35(2), 123-132.
Santiko, H. (2005). Hari-Hara: Kumpulan tulisan tentang agama Veda dan Hindu di Indonesia abad IV-XVI Masehi. Jakarta: Universitas Indonesia. Santiko, H. (2013). Toleransi beragama dan karakter bangsa: perspektif arkeologi. Sejarah dan Budaya, 7(1), 1-8.
Soekmono. (1985). Amerthamanthana. Amerta, 1(1), 43-48.
Setiawan, I.K. (2016).Hubungan konseptual antara candi-candi di Jawa Timur dengan pura di Bali. Jurnal Kajian Bali, 37(1), 253-274.
Setyani, I.T. (2011). Meniti sinkretisme teks tantu panggelaran. Kawistara, 1(2), 103-212.
Setyawan, A. & Sugiyarto. (2001). Keanekaragaman flora hutan Jobolarangan Gunung Lawu: 1. Cryptogamae. Biodiversitas, 2(1), 115- 122.
Soebadio, H. (1985). Jnanasiddhanta. Jakarta: Djambatan.
Soesilo, H. (2015). Stabilitas struktur tanah Candi Sukuh: saat ini dan mendatang. Berkala Arkeologi, 1(1), 25-44.
Suarbhawa, I. G.M. (2007). Patapan langgaran. Forum Arkeologi, tanpa Volume (2), 147-167.
Sujandari, R. (2009). Ajaran rahasia Jnanasiddhanta. Naditira Widya, 3(2), 177-184.
Suwana, I.N., Suarka, I.N., & Putra, I.B.R. (2016). Wacana Puja Bhakti dalam Kakawin Raja Patni Mokta. Linguistika, 23(44), 55-64.
Taim, E.A.P. (2014). Situs Padang Candi sebagai “mandala” di Masa Sriwijaya. Sangkhakala Berkala Arkeologi, 17 (2), 140-153.
Titasari, C.P., & Bawono, R.A. (2015). Situs Arjuna Metapa di Gianyar, Bali: sebuah patirthan?. Sangkhakala Berkala Arkeologi, 18(2), 95-109.
Wahyudi, D.Y., Sujud P.J.S., Munandar, A.A., & Soesanti, N. (2014). Pusat pendidikan keagamaan masa Majapahit. Jurnal Studi Sosial, 6(2), 107-119.
Wahyudi, D.Y. (2013). Kerajaan Majapahit: dinamika dalam sejarah nusantara. Sejarah dan Budaya, 7(1), 88-95.
Wahyuni, N.M.D. (2016). Petugas pertapaan pada masa Bali Kuno berdasarkan prasasti abad ke9 sampai 12 Masehi. Forum Arkeologi, 29(1), 33-44.
Widyawati, S. & Siregar, S.M. (2018). Candi Tingkip dan lingkungannya. Siddhayatra, 23(2), 124-135.
Wojowasito, S. (1977). Kamus Kawi-Indonesia. Malang: CV. Pengarang.